TV Desa – Selayar : Seharusnya, warga Desa Batu Bingkung, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan sudah merdeka pencahayaan seutuhnya, setelah 2017 silam mendapat fasilitas listrik melalui program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat, dari alokasi dana APBN 2017. Namun, kenyataannya, berkata lain.
“Sejak Tahun 2017 listrik PLTS, pernah nyala 24 jam. Namun hanya berlangsung selama 2 bulan saja, setelah itu hanya bisa dihidupkan sampai pukul 22.00 karena SCC dan baterai banyak yang rusak,” kisah Harjono, Sekdes Batu Bingkung, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Sabtu (5/2/2022).
Keluhan masyarakat batu Bingkung, diungkapkan Harjono, lantaran fasilitas yang berasal dari APBN 2017 tersebut, tidak bisa beroperasi 24 jam secara nonstop, lantaran minimnya teknisi untuk perawatan. Akhirnya, setelah bersepakat dalam forum Musrenbang Desa, perangkat desa bersama seluruh elemen masyarakat sepakat untuk memasukkan program perbaikan fasilitas tersebut.
“Dari sana, disepakati PLTS Terpusat di desa berkapasitas 150kWp ini harus diperbaiki,” kenang Harjono.
Walaupun kesepakatan sudah tertuang dalam Musrenbang, namun kebingungan untuk mencari teknisi yang berpengalaman, masih menghantui. Akhirnya, setelah kasak kusuk kiri kanan, mereka mendapat informasi teknisi yang pernah memperbaiki PLTS di Desa Polassi.
“Kami mendengar beliau ini sudah keliling hampir seluruh pelosok daerah untuk memperbaiki PLTS. Beliau ini memang teknisi handal, namun saja kami masih kesulitan kemaren mendapatkan akses ke dia. Alhamdulillah berkat jasa beliau (Harisman, red) desa kami sudah teraliri listrik 24 jam tanpa mati,” ujar Harjono.
Harisman sendiri dikenal sebagai teknisi PLTS yang memiliki jam terbang mumpuni dalam memperbaiki PLTS komunal. Tangan dinginnya, sudah banyak membuat PLTS yang sudah rusak puluhan tahun silam, kembali aktif dan bisa dimanfaatkan kembali.
Master bidang teknologi energi terbarukan dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), diakui berhasil menghidupkan kembali beberapa PLTS Terpusat di Indonesia yang mati suri. Seperti di Kalimantan, Sulawesi, Riau, dan Lampung. Harisman menjelaskan, jika PLTS dikelola profesional dan dirawat dengan baik sebenarnya, mampu melayani kebutuhan energi masyarakat hingga 700Wh/hari. Walaupun cuaca mendung sekalipun, supply listrik selama 24 jam dapat dilakukan, karena PLTS ini menggunakan energy storage, dengan teknologi terbaik, berupa baterai Lithium Polimer.
Sementara, untuk pengelolaan dan perwatan, Haris menyarankan untuk melibatkan seluruh unsur masyarakat. Bahkan menurutnya, pelibatan BUMDes melalui penyertaan modal, seperti yang ia temui di Desa Muara Enggelam, Kutai Kertanegara, adalah solusi mujarab untuk tetap mempertahankan kehidupan PLTS komunal tersebut.
“Penyertaan modal melalui BUMDes untuk perbaikan PLTS mangkrak, dapat menjaga keberlanjutan PLTS tetap maksimal melayani listrik masyarakat 24 jam. Kita tetap bisa menjaga PLTS tetap prima mampu memenuhi listrik masyarakat,” tutur Harisman.
Dia menyebut, untuk Desa Batu Bingkung ini, total pelanggan yang harus dilayani adalah sebanyak 400 rumah. Masing-masing rumah ditarik iuran 25 ribu perbulan, dengan energi yang diperoleh sebesar 350wh per rumah. Untuk perbaikan tahap I, Harisman mematok target listrik hidup, 24 jam nonstop.
“Selanjutnya perbaikan tahap II, bulan Mei, kita lanjutkan agar kinerja PLTS meningkat, agar mampu melayani permintaan tambah daya warga hingga 700wh/rumah/hari, dengan iuran non-subsidi. Pola subsidi silang ini dimungkinkan, agar PLTS tetap terawat, dan bahkan dapat mendatangkan PAD Desa, jika disertakan modal ke BUMDes oleh pemerintah desa, untuk modal perbaikan tahap II nanti,” pungkas Harisman.